Arti kata Qur’an
Asal kata “Qur’an” adalah Qoro’a berarti bacaan. Kata Qur’an berbentuk masdar dengan arti isim maf’ul yaitu maqru’ (dibaca).
Adapun definisi Al-Qur’an adalah : Kalam (firman) Alloh yang merupakan mukjizat dan diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW, ditulis dalam mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir , membacanya adalah merupakan ibadah (perintah dalam agama)”
Al-Qur’an turun kepada Rosululloh SAW dengan berbagai macam cara / keadaan :
- Malaikat memasukkan wahyu ke dalam hati Nabi Muhammad SAW. Dalam cara seperti ini Nabi Muhammad SAW tidak melihat suatu apapun, hanya merasakan bahwa wahyu sudah ada di dalam hatinya.
- Malaikat menampakkan dirinya dengan perwujudan seorang laki-laki yang mengucapkan kata-kata, sehingga Nabi Muhammad memahami dan hapal betul dengan apa yang dikatakan oleh malaikat tersebut.
- Wahyu datang kepada Rosululloh SAW ditandai dengan suara gemerincing sebagaimana bunyi lonceng. Cara seperti ini membuat Nabi Muhammad SAW merasakan berat sekali. Terkadang keningya berpeluh keringat, meskipun wahyu turun pada saat musim dingin. Apabila wahyu turun saat Nabi naik unta maka terkadang untanya terpaksa berhenti dan duduk karena beratnya saat dinaiki oleh Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana diriwayatkan oleh Zaid bin Tsabit : “ Aku adalah penulis wahyu yang diturunkan kepada Rosululloh SAW, aku lihat ketika wahyu turun kepada Nabi Muhammad SAW, maka beluau seakan–akan diserang demam yang berat dan keningnya bercucuran keringat laksana permata. Setelah selesai turunnya wahyu barulah beliau kembali seperti biasa”.
- Malaikat menampakkan diri kepada Rosululloh SAW benar-benar seperti rupanya yang asli sebagaimana tertuang dalam Al-Quran surat An-Najm (53) ayat 13 dan 14 “ Sesungguhnya Muhammad telah melihatnya pada saat yang lain (kedua) ketika (ia berada) di sidrotul muntaha.
Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur dalam masa 22 tahun 2 bulan dan 22 hari atau total 23 tahun. Di mana 13 tahun Nabi berada di Makah dan 10 tahun di Madinah.
Dengan turunnya Al-Qur’an secara bertahap tersebut mempunyai beberapa hikmah sebagaiberikut :
- Lebih mudah dimengerti dan dilaksanakan. Manusia akan enggan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan apabila perintah dan larangan itu diturunkan dalam jumlah banyak dan dalam satu waktu sekaligus. Hal ini diungkap oleh Bukhori menurut riwayat ‘Aisyah RA.
- Dari sekian banyak ayat dalam keseluruhan Kitab Al-Qur’an terdapat beberapa ayat mansukh (yang diralat pelaksanaannya) dan ada ayat yang berfungsi sebagai nasikh / penggantinya. Suatu perkara (hukum) tertentu yang pada waktu awal terbentuknya Islam ,diperbolehkan (mengingat kondisi masyarakat), maka pada waktu berikutnya perkara tersebut diperingatkan dan sebelum ayat turun secara keseluruhan, akhirnya dilarang. Hal ini tidak akan terwujud apabila Al-Quran diturunkan dalam waktu sekaligus.
- Turunnya ayat al-Quran secara bertahap sesuai dengan peristiwa –peristiwa yang terjadi, dapat lebih memberikan kesan dan penghayatan di dalam hati.
- Dapat mempermudah dalam penghafalan. Hal ini merupakan jawaban Alloh SWT atas pertanyaan kaum musyrik mengapa Kitab Al-Quran tidak diturunkan secara sekaligus? . Sebagaimana termaktub dalam surat Al-Furqon (25) ayat 32, : “ ….mengapakah Al-Quran tidak diturunkan kepadanya dalam waktu sekaligus?....kemudian terjawab dalam ayat itu pula “……demikianlah dengan cara begitu kami (Alloh) akan menetapkan (Quran) di dalam hatimu”……..
- Dari sekian jumlah ayat dari Al-Qur’an ada yang merupakan jawaban dari suatu pertanyaan atau penolakan atas suatu pendapat ataupun perbuatan.
Al-Quran merupakan penghubung antara makhluk dan penciptanya, sebagaimana sabda Rosulullohi SAW yang diriwayatkan oleh Tobroni :” alaisa tasyhaduna an laa ilaha il-la Alloh wa an-ni rosululloh ? qo lu bala . Qola in-na hadhal Qur’ana torofuhu bi yadillahi wa torofuhu bi aidikum fa tamas-saku bi hi fa in-nakum lan tadhil-lu wa lan tahliku ba’da hu abada”.
Artinya : Tidakkah engkau (sohabat) menyaksikan bahwa tiada tuhan selain Alloh dan sesungguhnya akulah utusan Alloh? Mereka (para sohabat) berkata “ya”.
(Nabi meneruskan sabdanya) Sesungguhnya Qur’an ini satu ujung di tangan Alloh dan satu ujung di tangan kamu semua, untuk itu pegang teguhlah maka sesungguhnya kamu tidak akan tersesat dan tidak akan rusak setelah (selama) berpegang teguh itu”
Muskhaf / lembaran kertas atau bahan lain yang ditulisi firman Alloh yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW yang bentuknya kita sudah tidak asing lagi, ternyata memiliki pengertian yang demikian mendalam. Satu ujung Al-Quran (di sudut / sisi sebelah sana) berada di tangan Alloh dan satu ujung (sebelah sini) berada di tangan kita. Berarti Al-Qur’an ini berada ditengah di antara Alloh SWT dan kita manusia ciptaanNYA.
Beruntunglah manusia yang tergerak untuk membuka hatinya, mau berusaha mengerti dan memahami akan maksud firman / kalam / ucapan Alloh SWT yang terkandung di dalam Kitab Suci Al-Qur’an.
Alloh Maha Baik dan Maha Penyayang, banyak sekali peringatan ataupun nasihat yang apabila diperhatikan dengan seksama justru akan berakibat baik dan itulah wujud kasih sayang Alloh terhadap hambanya, seandanya hamba mau menyadari.
Al-Quran sebagai pedoman, petunjuk arah sepanjang perjalanan hidup manusia, apapun isyarat yang ada di dalamnya baik rambu-rambu amar (perintah) ataupun larangan kalau diikuti niscaya akan membawa kepada keberuntungan dan kebahagiaan hidup yang sejati di akhir nanti.
Maka berpegang teguhlah kepada Kitab Suci Al-Qur’an dengan cara belajar mendalami kandungan makna kata demi kata, ayat demi ayat, dan surat demi surat didasari rasa cinta kepada Alloh SWT, tekun dan sabar mengharap ridhoNYA.
Langkah berikutnya adalah meyakini dan mengamalkan apa yang sudah kita peroleh dari pengkajian sedapat yang kita mampu (Alloh SWT Maha Tahu akan kemampuan hamba), maka Rosululloh SAW menjamin kita tidak akan tersesat dan tidak akan rusak (menyimpang dari kebenaran) selamanya.
Sudah siapkah Saudara membuka hati untuk mulai menerima kandungan Al-Quran agar menjadi orang yang beruntung?
Sudahkah Saudara memiliki Al-Quran pribadi sebagaimana buku harian , sebagai ekspresi rasa cinta kepada Sang Penulisnya , Alloh SWT ?
Bagaimana pendapat Saudara, jangan lupa berikan komentar !
No comments:
Post a Comment