Surah ar-Ro'du [13];17
Alloh telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di
lembah-lembah menurut ukurannya, arus itu membawa buih yang mengambang. Dan
dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau
alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat
perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih air itu akan hilang
sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada
manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan.
Saudara-saudaraku sahabat Artamita,
banyak sekali gambaran-gambaran yang Alloh Swt frimakan dalam muskhaf Kalamullohi Alqur'an.
Ayat yang mengandung kalimah (kata, dlm Bhs Indonesa) " كَمَثَلِ " /
kamatsali, sebagaimana gambaranya .... ada 12 ayat. Total ayat yang memuat kata " مَثَلَ "/gambaran/perumpamaan ada 61 ayat.
Dengan beberapa gambaran itu , Alloh Swt yang maha baik, menghendaki hambanya dapat dengan dengan mudah memahami Kalamulloh dan mengambil sebagai peringatan.
Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka mengambil peringatan.
Surah Ibrohim [14]: 17.
Inti Gambaran.
Setiap gambaran yang diutarakan mengandung inti sari hikmah yang disampaikan.
Air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di
lembah-lembah menurut ukurannya, arus itu membawa buih yang mengambang. Dan
dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau
alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu.
Bagian awal dari ayat tersebut Alloh menunjukkan dengan keadaan yang sebenanya terjadi di hadapan manusia.
Buih dari air mengikuti air yang mengalir. Buihnya menjadi kering sedang airnya meresap kedalam tanah. Air tersebut yang
mengendap dan meresap ke dalam tanah dapat memberi manfaat dapat
menumbuhkan biji-bijian yang kemudian tumbuh ke atas permukaan tanah.
Gambaran kedua ,
Dan
dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau
alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu.
Saat seorang pembuat alat perkakas atau membakar perhiasan untuk dibersiahkan, timbul pula kerak di permukaan peralatan tersebut. Kerak menjadi terbuang dan yang bermanfaat adalah perkakas atau perhiasan yang dibersihkan.
Dari dua gambaran dapat disimpulkan bahwa benda yang bermanfaat adalah yang mengendap yaitu air (pada gambaran pertama) dan peralatan atau perhiasan yang dibersihakan (pada gambaran kedua).
Implementasi Gambaran di Era Komunikasi.
Hikmah dari suatu gambaran dapat berlaku untuk kondisi yang berbeda.
Dari berbagai referensi dan rujukan yang telah ditadabur, dari berbagai ayat dan dengan dukungan hadits-hadits yang senada, ada relevansinya dengan mencari ilmu agama di era komunikasi.
Tidak dapat dipungkiri bahwa dengan
dukungan Teknologi Informasi (IT) kini Hp telah memasuki berbagai keperluan
umat. Dengan kemudahan akses internet berbagai daerah bahkan hingga pelosok, pemegang
Hp dapat dengan mudah mengakses berbagai informasi.
Tak dapat dielakkan termasuk aktivitas masyarakat
dalam mencari ilmu agama (mengaji) juga mengalami pengembangan yang
sangat beragam.
Mengamati fenomena mencari dan menyebarkan ilmu agama , dengan begitu mudahnya seorang menerima copas berbagai tema agama dengan menampilkan ayat alQur'an , tafsir hadits dan berbagai pendapat penulisanya. Dapat membanjiri group WA. Diterima oleh satu member dalam satu group, kemudian dishare ke group lain, menjadi viral , terduplikasi layaknya virus. Entah dari mana dan siapa penulis pertama sulit dilacak.
Seorang yang berniat belajar agama Islam dengan cara demikian dan tanpa hadirnya seseorang pendamping, maka dapat terjadi kebimbangan. Seiring jalannya waktu, semakin banyak materi ilmu agama tersebut yang masuk ke Hp, maka ilmu yang banyak tersebut seolah menjadi materi yang kurang bahkan tidak direspon lagi. Khawatir space memori Hp menjadi sesak yang dapat menyebabkan kinerja Hp menjadi ngadat, maka banyak materi yang didelete.
Materi ilmu agama yang sepatutnya dihargai layaknya harta warisan, karena perubahan pola pikir umat yang dipengaruhi mekanisme penyebaran informasi di era global, akhirnya ilmu agama yang disebarkan lewat medsos seolah gambarannya seolah-olah seperti buih air terbawa arus kesana-kemari akhirnya mengering, hilang tidak berbekas. Sedangkan airnya mengendap meresap ke dalam tanah dan bermanfaat menumbuhkan biji keluar dari dalam tanah.
Mengendapkan Ilmu
Ilmu yang bermanfaat apabila dapat dikendalikan dan diendapkan. Di era komunikasi bebas ini, ilmu Qur'an dan Hadits yang bergerak liar tanpa pengedali menjadi sulit dilacak siapa nara sumber yang bertanggungjawab. Tanpa adanya pendamping akan mendorong seorang menjadi belajar sendiri (otodidak).
Seseorang yang memahami ilmu agama dengan belajar sendiri tanpa adanya pembimbing atau pendamping ketika menghadapi pertanyaan dalam hati akan dijawab dengan akal atau pendapat sendiri (ro'yu). Jika ini terjadi maka akan merusak pengertian atau nilai kebenaran yang semestinya dijaga. Ilmu agama yang sudah tercampuri dengan akal, pendapat bahkan subtektifitas penulis atau pembicara bukannya manfaat yang didapat, tapi madhorot yang muncul.
Maka cara mengendapkan ilmu dan menjadikannya agar bermanfaat, antara pemberi ilmu dan penerima semestinya mengikuti syariat atau sunah /tuntunan Rosulullohi Saw yang dipraktekkan kepada para sohabatnya.
Salah satu upaya menangkap dan menetapkan ilmu yang didapat adalah dengan berguru kepada seseorang yang telah berguru sebelumnya.
Ibnul Mubarok dalam muqodimah Sohih Muslim menjelaskan
" الإسناد من الدين ولو لا الإسناد لقال من شاء ما شاء "
Isnad adalah (bagian) dari agama, jika tidak ada isnad niscaya seseorang berkata dan apa yang dia dia inginkan.
Antara pemberi dan penerima ilmu juga diharap dapat terjadi berinteraksi dalam hubungan dua arah. Penerima ilmu lebih afdhol memiliki kitab yang dikaji dan menuliskan keterangan (albayinah) ke dalam buku atau kitab milik sendiri. Saat menerima ilmu bersungguh-sungguh konsentrasi agar dapat menerima dan memahami apa yang diterangkan oleh penyampai.
Dengan memeiliki hasil catatannya maka pada waktu lain, muta'alim atau orang yang belajar dapat melakukan tadabur yaitu mengulangi menghayati kandungan makna dari ayat Qur'an atau hadits yang telah di kaji. Mengkaji akan lebih mudah diikuti dengan metode Ekutubu.
Dengan cara demikian, diharapkan ilmu yang didapat menyisakan hikmah . mengendap dalam hati didasari keyakinan dapat menumbuhkan bibit keimanan. Dengan tetap menjaga niyat semata berharap ridho dan rohmat Alloh Swt, dapat menghasilkan amalan yang maqbul (diterim oleh Alloh).
Baca Juga Artiket Terkait :