Semua manusia dilahirkan di atas bumi, kecuali Nabi Adam A.s. langsung dicreat dengan tangan Alloh Swt. Dalam kitab " Bad'ul kholqi Adam". Dalam kitab itu tidak ada penjelasan tentang bagaimana kejadian Ibu Hawa.
Karena Ibu Hawa adalah ibu pertama pendamping Nabi Adam As.
Pertanyaan Kapan Dipanggil Alloh Swt.
Mendengar soalan itu sepertinya tabu. Ya, karena seolah tidak pantas dibicarakan manusia. Hal tersebut wajar, karena pada dasarnya manusia takut menghadapi kematian. Padahal panggilan Alloh Swt yang artinya meninggal(kan) dunia itu hal yang wajar juga. Hampir setiap tujuh hari terdengar berita lelayu.
Dua Hal Panggila Alloh SWT.
Pada kenyataannya ada dua panggilan Alloh Swt, yang secara dalil wajib atau tidak dapat dihindari.
- Panggilan Ibadah Haji/Umroh ke baitullah.
Sebagaimana maktub dalam QS.Ali Imron (97)
فِيْهِ اٰيٰتٌۢ بَيِّنٰتٌ مَّقَامُ اِبْرٰهِيْمَ ەۚ وَمَنْ دَخَلَهٗ كَانَ اٰمِنًا ۗ وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا ۗ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ
Di
dalamnya terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) Maqam Ibrahim.
Siapa yang memasukinya (Baitullah), maka amanlah dia. (Di antara)
kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke
Baitullah, (yaitu bagi) orang yang mampu "sabiila".
Siapa yang mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah
Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu pun) dari seluruh alam.
"Sabiila" , pada ayat di atas sesuai tafsir Rosulullohi Saw yang terdapat pada hadits riwayat Ibnu Majah
maksudnya adalah " zada wa rokhilata" Zada artinya bekal. Sedang Rokhilata artinya kendaraan.
- Panggilan menghadap Alloh Swt meninggal(kan) dunia.
Persiapan hamba sebelum dipanggil Alloh Swt yang maksudnya meninggal dunia/wafat, sebenarnya dapat mengambil gambaran dari ayat 48 surah Al Maidah.
وَاَنْزَلْنَآ اِلَيْكَ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتٰبِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ وَلَا تَتَّبِعْ اَهْوَاۤءَهُمْ عَمَّا جَاۤءَكَ مِنَ الْحَقِ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَّمِنْهَاجًا ۗوَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَجَعَلَكُمْ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّلٰكِنْ لِّيَبْلُوَكُمْ فِيْ مَآ اٰتٰىكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ اِلَى اللّٰهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيْعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْن
Kami telah menurunkan kitab suci (Al-Qur’an) kepadamu (Nabi Muhammad) dengan (membawa) kebenaran sebagai pembenar kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan sebagai penjaganya (acuan kebenaran terhadapnya). Maka, putuskanlah (perkara) mereka menurut aturan yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu mereka dengan (meninggalkan) kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu Kami berikan syariat (aturan) dan minhaja (jalan) yang terang. Seandainya Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikanmu satu umat (saja). Akan tetapi, Allah hendak mengujimu tentang karunia yang telah Dia anugerahkan kepadamu. Maka, berlomba-lombalah dalam berbuat kebaikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang selama ini kamu perselisihkan
Syir'atan yang maksudnya aturan, merupakan proses untuk memproduksi amalan sebagai bekal yang akan dibawa menghadap Alloh Swt. Sedangkan minhaja (jalan) merupakan route yang akan dilaluinya.
Relevan dengan pada point yang pertama (surah Ali Imron ayat 91.
Kedua-duanya merupaka hal yang penting dalam keberhasilan mencapai tujuan perjalanan.
Sebagai ilustrasi riel (fakta dan nyata) misal dari terminal Magelang (kabupaten daerah penulis) akan berangkat menuju Jakarta karena panggilan untuk menerima bonus dari pekerjaan selama masa kerja 35 tahun.
Maka dua hala yang penting yaitu bekal dan jalan.
Salah satu ada yang kurang, maka tidak akan dapat mencapai tujuan.
Bekalnya, uang dan konsumsi banyak namun tidak tau jalan yang akan ditempuh atau paham jalan yan dutempuh namun bekalnya kurang juga tidak dapat berhasil sampai Jakarta.