Sunday, September 15, 2013

Semua Umatku Masuk Surga Kecuali......

Kalau bicara surga tentu ingat juga neraka.
Ya dua kata yang konon sangat kontras perbedaannya.
Nabi Muhammad SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori (sohih) , bahwa semua umatku akan masuk surga, namun ada perkecualian.
Catatan:Tentu saja secara mendasar bahwa orang yang pada akhirnya di akhirat masuk surga adalah org yang di dunia mengamalkan perintah Alloh SWT baik yang wajib maupun amalan yang sunah.
Ok, langsung kita lihat haditsnya yuk !


(Klik dalil di atas ya biar lebih jelas).
Semua umatku (sabda Nabi) mestinya merujuk kepada umat Islam, yang agama non muslim tentu saja bukan umatnya Nabi Muhammad SAW karena bukan Islam, akan masuk ke surga kecuali orang yang menolak.

Statement tersebut tentu memancing rasa penasaran para sohabat, masak ada orang yang menolak untuk masuk ke surga. Karena kalau tidak masuk surga ya pastinya masuk ke neraka, berhubung di sana hanya ada dua tempa.

Setelah sohabat bertanya siapakah yang menolak ? ternyata jawaban Rosulullohi SAW mengandungi makna yang demikian dalam.
Orang yang menentangku, termasuk orang yang tidak mengindahkan pesan dan petunjuk dari Rosulullohi SAW. Hal ini erat sekali kaitannya dengan hadits lain yang mengisaratkan  bahwa barang siapa yang taat kepadaku (nabi) maka sungguh dia taat kepada Alloh. Sedangkan kitab Al-Quran Surah Nisa (4) ayat 13 menyebutkan bahwa barang siapa taat kepada Alloh dan utusannya , maka Alloh akan memasukkannya ke dalam surga.
Sebaliknya orang yang menentang kepada ku (Nabi) berarti tergolong menentang kepada Alloh SWT, hal ini karena Nabi Muhammad adalah utusan Alloh untuk menyampaikan wahyu al-Quran yang telah diterima dari Malaikat Jibril, selanjutnya oleh Rosul disebarluaskan kepada segenap manusia.
Ayat 14 masih dalam Surah An-Nisa : "barang siapa yang menentang pada Alloh dan Rosulnya dan melanggar batas2/ketentuan Nya, maka Alloh masukkan orang itu ke dalam neraka".

Maka genaplah sudah sabda Rosul memperkuat firman Alloh SWT. Dari tulisan di atastersirat pengertian bahwa orang sampai masuk neraka di akhirat kelak pertanda orang tersebut memang tidak ada kemauan sendiri untuk masuk surga, dengan cara mengikuti tuntunan rosul ketika di duniaanya.







Thursday, August 15, 2013

Fadhilah Puasa Sunah Enam Hari Bulan Syawal

Bismillah.....
Saudara2 yang selesai menamatkan puasa fardhu di bulan Syawal kemarin kemudian disusul dengan aktivitas berlebaran barangkali ada yang mudik ke kampung halaman untuk bersilatirohim. Ada juga yang tetap tinggal di rumah menikmati suasana berhari raya dengan tetangga. Ya maklumlah karena beda daerah boleh jadi beda juga tradisi budayanya. Tapi kan yang jelas pemerintah sudah memberi hari libur nasional sampai 2 (hari), beberapa kalangan dinas bahkan memberi kebijakan cuti bersama beberapa hari sebelum dan sesudah hari-H 1 Syawal kemarin.
Sekarang sudah 14 hari bulan Syawal, tentu beberapa instansi pemerintah juga beberapa perusahaan swasta sudah giat lagi melakukan roda perusahaan.
Nah, setelah memasuki bulan Syawal ada amalan yang fadhilah/kefadholannya besar loh kawan-kawan.
ini saya kutipkan ya :

عَنْ أَبِيْ أَيُُوْبَ الْاَنْصَارِيِّ  رَضِى الله عنه أَنَّهُ حَدَّثَهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه و سلم قَالَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كاَ نَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ 

'an Abi Ayyub al Anshory rodhiallohu 'anhu sesungguhnya dia bercerita kepada muridnya bahwa sesungguhnya Rosullallohi SAW bersabda " Barang siapa yang berpuasa (bulan) Romadhon kemudian mengikutkan dengan enam hari (bulan) Syawal maka sebagaimana puasa satu tahun" Hadits Riwayat Muslim Kitabu Shiyami.

Teman2, dari hadits diatas sudah jelas bukan? , bahwa barang siapa yang puasa sunah enam hari pada bulanSyawal maka dihitung sepadan dengan puasa satu tahun.
Wah hebat ya, maka itu ayo berlomba-lomba dalam kebajikan istilahnya "fastabiqul khoirot", saling ingat dan mengingatkan demi kebaikan.

Ya , hitungannya kalau puasa Romadhonnya 29 atau 30 hari lalu di tambah 6 hari kan jadi 36 hari, dikalikan 10 menjadi 360 hari. Maka hitungannya jadi seperti puasa tiap hari/setahun terus menerus.

Hal ini relevan dengan hadits riwayat Sunan Ibnu Madjah dari Tsauban bahwa Nabi bersabda :


مَنْ صَامَ سِتَّتَ أَيَّامٍ بَعْدَ  الْفِطْرِ كاَنَ تَمَامَ السَّنَتِ مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا 

Pada hadits yang barusan Rosul bersabda sekaligus memberikan tafsir (penerangan) bahwa Barang siapa yang puasa enam hari sesudah (iedul) fitri maka sempurna satu tahun , lalu Rosul mengutip ayat 160 dari surat Al-An'am, yang artinya " Barang siapa yang datang (mengamalkan) satu kebajikan maka baginya (ditulis) sepuluh semisalnya "

Dengan hadits yang ke dua ini makin jelas.
Untuk itu yang masih belum mengamalkan puasa sunah, sekarang masih ada kesempatan.

Terus bagaimana yang pada saat bulan Romadhon masih punya hutang?
Ya, pernah di facebook ada pertanyaan semacam itu. di bulan Syawal harus puasa qodho (membayar hutang puasa romadhon ) terlebih dulu baru puasa sunah Syawal atau bagaimana?

Jawabannya ya kalau sunah Syawal pastinya diamalkan pada bulan Syawal, sedangkan menyahur/membayar hutang puasa Romadhon meskipun wajib, tapi tidak ada ayat/hadits bahwa harus dibayar di bulan Syawal.
Kan ayatnya hanya menyebutkan " min ayyamin ukhor " = di hari yang lain.

Bahkan pada hadits yang sohih bahwa Bunda Aisyah sendiri pernah membayar hutang puasa Romadhon hingga menjelang bulan puasa tahun depannya.

Teman2 tentu paham, maksudnya bukan sebagai dalih untuk menunda-nunda amalan wajib loh.
Perlu diketahui beliau sampai akhir waktu membayar hutang puasa Romadhon karena kesibukan melayani Baginda Rosulillahi SAW.

semoga dapat dipetik manfaatnya, silahkan komentar, sarannya yang membangun ditunggu loh teman-teman.

Wasalam...

Baca juga : 
 


Thursday, May 30, 2013

Basho-ir , Kaca Benggala Teropong Canggih Rancangan Yang Maha Kuasa

Teman2 tentu tidak asing dengan “cermin” , ya , benda ini hampir dipastikan ada di dalam setiap rumah tangga, terlebih bagi ingin selalu menjaga penampilan, mereka rela dan betah di depan benda reflector tsb.
Cermin adalah alat pemantul bayangan , tentu saja untuk bercermin sehingga mendapatkan bayangan yang persis didepannya. Penting sekali fungsinya.
Ada lagi benda yang juga tidak kalah pentingnya, yang berfungsi untuk mengamati benda yang ada di sebelah sana. Teropong, yaitu namanya. Dengan teropong dapat mengamati benda2 yang sangat kecil sehingga tidak terlihat dengan mata telanjang, contohnya adalah Microscope yang umun dipakai dalam dunia biologi atau kedokteran. Sedangkan untuk mengamati benda terlihat kecil karena letaknya yang jauh digunakan teropong atau “”keker” (huruf  “e” di depan dibaca seperti “e” pada “ember”, “e” yang belakang biasa seperti pada “kemudi” /red), ini biasa digunakan pada kapal laut, teropong bintang, militer dll.
Baik cermin atau microscope termasuk teropong, keduanya adalah dua benda yang terpisah karena memang berbeda fungsi dan tujuannya. Cermin fungsunya untuk melihat benda yang didepannya karena berfungsi memantulkan, sedangkan microscope/teropong adalah tembus pandang karena prinsipnya adalah kaca pembesar.
Namun teman2, ada suatu benda yang dapat berfungsi ganda baik untuk melihat diri sendiri seperti cermin sekaligus berfungsi untuk melihat / mengamati benda yang kecil /“njlimet”(Jawa:red).
Dialah Kitab Suci al-Quran , pernyataan dari Sang Pencipta dapat dilihat pada Surah al-An’am (6):104 serta Surah al-A’rof (7): 203-204.


Tuesday, April 30, 2013

Tinggi Derajat Karena Ilmu

 
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ اَمَنُوْا مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ أُوْتواالْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

Kitab Suci al-Quran Surah al-Mujadalah ayat 11

 mengangkat = يَرْفَعِ 
اللهُ = (Siapa ) Alloh
الَّذِيْنَ= = (kepada) orang2

yang beriman = اَمَنُوْا
diantara kalian = مِنْكُمْ
وَالَّذِيْنَ = dan orang2
أُوْتوا= yang diberi ilmu (mereka)
  ilmu = الْعِلْمَ
 beberapa derajat = دَرَجَاتٍ
 dan Alloh = وَاللهُ
 dengan apa2 = بِمَا
 yang kalian kerjakan = تَعْمَلُوْنَ
maha waspada = خَبِيْرٌ 

" Alloh mengangkat derajatnya orang yang beriman dan orang yang diberi ilmu, dan Alloh maha waspada dengan apapun yang kalian kerjakan"

Orang beriman adalah orang yang memiliki keyakinan kepada Alloh SWT. Selanjutnya dijabarkan yang lebih luas dengan segala yang berhubungan dengan kekuasaan Alloh. Saya pikir teman2 masih ingat pelajaran di SD dulu, dengan rukun Iman yang 6 (enam) disingkat LAH , KAT, TAB, SUL, KIR, DAR. 
Percaya kepada Alloh, Malaikat, Kitab Suci, Rosul, hari Akhir dan Qodar /taqdir.

" ليس الايمان بالتمني ولا بالتحلي ، ولكن هو ما وقر في القلب وصدقه بالعمل "
 


Friday, March 15, 2013

Dua Kalimat Dicintai Alloh, Ringan di Lisan Berat di Timbangan (Akhirat)...Mau?

Sebelum berangkat aktifitas ke balai desa, saya sempatkan buka2 arsip lama.
Wah ternyata sebagian sudah jadi rejekinya rayap, dimakan rayap hingga beberapa bagian tulisan hilang,
ya ampun ...hilang donk sebagian ilmu....he he
Ya, bukankan istilah sekarang "al-ilmu fii sutur" ilmu ada di tulisan. sedang dahulu para "winasis" (orang2 cerdas istilah orang Jawa) , terkenal dengan "al-ilmu fii sudur" ilmu dihafal dalam hati, Sebut saja sohabat Abu Huroiroh yang hapa 5 ribu lebih matan hadits beserta sanadnya...Allohuakbar.

Any way...Sebagian yang tersisa ternyata sebuah buku kecil berisi PR (pekerjaan rumah)...maksudnya amalan yang dikerjakan dirumah jangan sampai menganggurkan diri.
Pada PR no.3 tertera sebuah hadits dari himpunan Kitab Sohih Bukhori dari riwayat Abu Huroiroh R A berkata , Rosulullohi SAW bersabda " Kalimatani habibataani ila Rohman, khofifataani 'ala lisani , tsaqilataani fill mizaan -Subhaanallohi wa bihamdihi , Subhanallohil ''adziim" 
Artinya " (ada) Dua kalimat yang dicintai Yang Maha Kasih (Alloh SWT) , ringan di lisan (diucapkan) , berat di timbangan (amalan di akhirat) yaitu lafadz <Maha suci Alloh dengan segaa pujianNYA, maha suci Alloh yang maha Agung>".

Teman2,sebagaimana ucapan Sohabat Ali RA, bahwa "alyauma amalun wa laa hisabun , wa ghoda hisabun wa laa amalun" maksudnya sekarang di dunia ini soal ibadah kita baru diperintahkan beramal belum melihat hisaban/hitungan pahalanya sedangkan kelak di kahirat kita tinggal melihat dan menikmati hasil pahalanya dan tidak lagi perlu beramal.
Iya donk, mana mungkin hasil pahala kita beramal akan ditampakkan di dunia ini, pada sebuah dalil disimpulkan bahwa beramal di suau pagi ataupun soredi sabilillah maka pahalanya lebih baik/lebih besar daripada dunia dan seisinya. 
  
Nah dari nasihat baginda Ali RA tersebut juga mengingat fadhilah amalan yang hebat itu, yuk kita amalkan bacaan tadi.
Karena dengan membiasakan dzikrulloh /ingat pada Alloh akan membuat hati kita lebih tenang, dekan dengan Alloh SWT.
Mudah diucapkan, namun memberikan kontribusi yang menambah poin kredit amalan baik kita nanti di akhirat.
Cara pengucapannya ya istilahnya satu paket ya dua kalimat itu, mau lebih banyak ya tentu lebih baik, bebas diucapkan dimana saja , kapan saja, tidak ada hitingan tertentu. Oya , asal jangan pas di dalam kamar mandi, karena dapat mengurangi keta'dziman kalimat mulya tersebut.
Selamat mengamalkan.

Thursday, January 10, 2013

Bolehkah Muslimah Masuk ke Areal Pemakaman ?


Saat jam kerja kemarin Kamis pukul 09.17 an, hp saya berdering.....ternyata saudara kita member MOC dari Bogor yang work di Jakarta menyampaikan suatu masalah sehubungan dgn perkara yang sedang dihadapi.
Akhwat kita yang sering mengkaji kitab jarak jauh dg saya secara live tersebut, sedang berada pada prosesi pemakaman orang tua dari boss di perusahaannya.
" Bagaimana ya , saya takut salah eui....boleh gak kalaw wanita ikut ke acara pemakaman dan ini non muslim, org tua boss saya ?"
Saya harusa keluar kantor untuk cari signyal HP karena rada terputus2, "Ok Ibu, ya ya ..menurut tuntunan Rosulullohi SAW bahwa wanita muslim dilarang mengikuti /mengantar jenazah masuk ke pemakaman".

Sumber hadits nya dapat dilihat dalam Kitab Mukhtarul Adilah sub kitab Kitabul Janaiz yang dinukil dari Sohih Muslim.

قاَ لَتْ اُمُّ عَطِيَّةَ كُنَا نُنْهَى عَنِ اتِبَاعِ الْجَنَاءِزِ وَلَمْ يُعْزَمْ عَلَيْنَا
  
Berkata Umu Atiyah " Kami dilarang jika mengikutkan jenazah dan tidak ditetapkan atas kami saja"

Umu Atiyah adalah sohabat, tentu saja yang melarang adalah Rosulullohi SAW. Dalam matan hadits tersebut adala lafadz " dan tidak ditetapkan atas kami saja" maksudnya tidak hanya untuk Umu Atiyah secara pribadi namun larangan itu berlaku untuk semua wanita muslim, hingga akhir zaman.

Mengikuti (tentu bukan mengikuti untuk dikubur bersama....ha ha  ;) ) ...tapi mengantarkan hingga ke pemakaman,  merupakan kewajiban bagi sesama muslim. Itu kewajiban bagi muslim (orang Islam laki-laki). Haditsnya di Kitabul Adab (termasuk dalam Kitab Mukhtarul Adilah) dari Riwayat Sunan Abu Dawud " Lima perkara kewajiban muslim atas saudaranya , menjawab salam, mendoakan ketika bersin, mengabulkan undangan, menjenguk ketika sakit dan mengikuti jenazah".

Lalu bagaimana sikap yang harus diambil oleh muslimah ketika menghadiri prosesi pemakaman non muslim?
Menghadapi ini, ya tentu harus ambil jurus "fatonah", trik jitu ajaran Islam , mengambil sikap agar selamat tapi tidak melukai yg lain.
Yang pertama Saudara adalah wanita muslim tentu saja sudah terkena pasal pertama untuk tidak mengantarkan jenazah ke pemakaman, yang kedua terlebih yang meninggal non muslim. jadi ya secara tegas tidak perlu mengantarkan ke pemakaman.


Namun di sisi lain yang meninggal adalah orang tua dari boss di tempat kerja, tentu sebagai karyawan (mungkin bersama2 karyawan lainnya ) sebagai tanda menghormat tetap perlu datang ke rumah duka. Sekedar menjaga hubungan baik. Nah gimana klw semua karyawan ikut masuk mengantar ke pemakaman?
Nah , semapat saya tanyakan, bisa gak, ada gak kemungkinan untuk menghindari, misal pas sudah hampir sampai ke makam, ambil jalan menyimpang, balik ke tempat kerja atau nunggu teman2 di luar. Tentu yang tahu adalah pelaku yang langsung memahami situasi dan kondisinya.

Ya maklum, tidak sedikit wanita yang masuk ke makam mendatangi kuburan org tuanya, ya mungkin belum maklum dengan hadits tersebut. wallohu a'lam.

Yang jelas kita sebagai muslim pengikut rosul ya usahakan sak pol kemampuan untuk mengikuti petunjuknya.

Monday, December 10, 2012

Tips Mengatur Waktu Ibadah


Saat on the way ke seorang rekan di Grabak pada tgl.5 kemarin untuk urusan PPOB (payment point online bank)…..ada sms ..ternyata dari seorang akhwat di Bogor , ….”Asalamualaikum wa rohmatullohi wa barokatuh, nyambung YM tadi, iya saya terlalu sibuk kerja sampai belum bisa ngaji lagi, Gimana ya caranya ? “

Rekan , pertanyaan ini bukan hal yg aneh . Kadang kita tersudutkan dalam dua hal yang dilematis. Kita dituntut untuk melakukan dua kepentingan dalam satu waktu yang bersamaan.
Ok, saya mau sitir sebuah hadits qudsi berkenaan dengan tema di atas.

Bismilah

ياَابْنِ اَدَمَ تَفرَّغ لِعِبَدَتِى اَمْلَأ صَدْرَكَ غِنًى وَاَسُدَّ فَقْرَكَ
 وَاِنْ لَمْ تَفْعَل مَلَأْتُ صَدْرَكَ شُغْلًا وَلَمْ اَشُدَّ فَقْرَكَ

Arti dari hadits itu : 
" Hai anak Adam , sempatkanlah beribadah padaku (Alloh) maka akan Aku penuhi dadamu dengan kaya dan Aku tutup rasa kefakiranmu, dan jika tidak kau kerjakan maka Aku penuhi dadamu dengan kesempitan dan tidak Aku tutupi kefakiranmu" 

Rekan2, hadist qudsi atau firman Alloh melalui lisan Rosulullohi SAW dan tidak termaktub dalam al-Quranul kariim tsb merupakan warning dari Alloh SWT kepada hambanya/anak Adam=manusia.

Pada dasarnya semua manusia berkeinginan mengenyam rasa bahagia.  Rasa bahagia itu sendiri kalau mau dicari variabel2 / faktor pendukungnya sepertinya tiada kata pasti, sifatnya hanya relatif saja.

Seorang yang hidupnya kelihatan pas-pasan, bekerja seadanya, makan sehari2 sederhana, namun kenyataanya bisa tersenyum ceria, tiada keluh kesah terucap. Kegiatan rohani/ibadah dapat lancar. 

Di sisi lain ada orang terlihat sebagai orang terpandang punya kedudukan di lembaga tempatnya bekerja, materi yang dimiliki rumah, mobil mewah, teman bergaulnya orang2 " the have" . Kehidupannya seakan tiada henti2nya dari kesibukan. Seperti tidak pernah istirahat. Keluh kesah akan keinginan yang belum tercapai. Dari wajahnya tidak mencerminkan org yang bahagia.

Nah, dari dua ilustrasi ini, menunjukkan bahwa kebendaan, kedudukan bukanlah satu2nya faktor penentu kebahagiaan seseorang. Kalau dipersempit mengutip kata-kata bijak "bahagia itu terletak pada hati" . InsyaAlloh anda setuju dengan statement itu, bukan?

Ok,
Sedangkan hati manusia itu yang mengkondisikan tiada lain hanya Alloh SWT yg Maha Kuasa atas segala sesuatu. Makanya ada doa " Allohumma ya muqolabi yanqolibu tsabit qolby 'ala dinika = Ya Alloh Yang Membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku atas agamaMU".
 Tiada seorangpun yang tidak ingin merasakan kebahagiaan, namun toh apa yang didapatkan/yang dirasakan belum tentu sesuai dengan yang diharapkan.

Orang yang mempunyai persepsi bahwa dengan perolehan harta yang banyak melimpah akan mendapatkan kebahagiaan, sehingga sebagian besar waktu hidupnya dialokasikan untuk bekerja sampai-sampai urusan ibadah dinomorduakan. Maka dari hikmah hadits di atas akan mendapatkan hasil yang berkebalikan.
Alloh SWT justru akan membikinnya semakin sibuk, tidak punya kesempatan untuk menuntut ilmu agama atau kegiatan di jalan Alloh. Hatinya resah, rasa kekurangan selalu menguasai pikirannya.

Nah, dari hadits di atas dapat diambil semacam resep atau tips bahwa untuk mendapatkan suasana hati agar tenang, damai memiliki "rasa kaya" maka nomorsatukan urusan ibadah.
Atur waktu sebaik2nya, kalau perlu bikin jadwal. Tentu kalau urusan solat 5 waktu sudah dibuatkan jadwal oleh Alloh karena sholat adalah keawajiban bagi org iman yang diatur waktunya. Namun untuk kegiatan di jalan Alloh seperti mengkaji ilmu agama, menghadiri majelis ta'lim dsb hendaklah bikin jadwal. Satu minggu 2 kali atau 3 kali atau kurang lebihnya. Selalu beryukur atas pemberianNYA dengan menginfaqkan sebagian rejeki untuk di jalan (agama) Alloh.

Dengan demikian itu diharapkan Alloh berkenan membimbing, memberikan hidayah serta merodhoi hidup kita. Diberikan dapat mengenyam sedikit rasa bahagia sebagian kecil rohmat Alloh yang tiada terkira.

Yakinlah bahwa Alloh yang mengatur rejeki hambanya. 
semoga bermanfaat.


 







BDIG (Belajar Islam Dengan Gambaran) #2 : Gagal Pensiun Akhirat

Hanya Ilustrasi  Penerima dana pensiunan setelah purna tugas kerja, sebagai posisi kenyamanan hidup bagi orang tua. Urusan kebutuhan sehari-...