Saling menghormati antara sesama anggota keluarga |
Bagi Anda yang belum mengalami ya tentu saja belum dapat merasakan, apalagi cerita....he he.
Ya, berkeluarga disini maksudnya seorang yang yang sudah dewasa dan memiliki pasangan hidup, suami maupun istri.
Seorang yang berkeluarga diawali dengan suatu "ritual" berupa ijab qobul, istilah ini sering diperdengarkan di lingkungan KUA (Kantor Urusan Agama), benar2 merupakan tonggak sejarah kehidupan manusia.
Orang2 tua dalam hal bicara secara falsafah Orang Jawa sampai menyebut sebagai 3M (Metu=kelahiran, Manten=Pengantin, Mati). Tiga hal yang dianggap keramat sehingga mereka getol mengadakan acara2 untuk mendoakan ketika terjadi tiga peristiwa tersebut.
Mendoakan tentu saja berharap mendapatkan kebaikan , syukur2 diganjar pahala besar berupa kehidupan yang menyenangkan di akhirat kelak.
Apapun persepsi orang tentang 3 peristiwa tadi, yang namanya orang sudah berkeluarga, perlu dan harus terus belajar dan belajar, kenapa?
Tujuan dari berkeluarga tentu saja tidak sebatas melalui proses reproduksi manusia sebagai menjalani taqdir, namun perlu dipahami agar dalam menjalani di kehidupan sehari-hari , hikmah sebuah mahligai rumah tangga menjadi lebih berarti.
Belajar dan terus belajar, yang namanya dua hati yang disatukan dalam satu rumah tangga, satu tujuan bersama yaitu agar mendapatkan kehidupan yang lebih baik, bahagia, saling pengertian, saling asah asih dan asuh.
Kalau di antara dua insan tsb paham dan mengerti dalam hal fungsi dan tugas masing2 dilandasi semangat juang untuk mencari ridho Alloh SWT dalam pelaksanaan dalam rumah tangga maka insyaAlloh akan tercipta yang namanya sakinah mawadah wa rohmah.
Belajar dan terus belajar, karena sepanjang perjalanan rumah tangga selalu menghadapi permasalahan yang selalu berbeda. Bagi rumah tangga yang mana masing2 pasangan tidak mengedepankan keutuhan rumah tangga maka seakan2 permasalahan seakan tiada habis-habisnya.
Ada tips, jika diterapkan oleh masing pasangan suami-istri insyaAlloh merupakan salah satu faktor penunjang terciptanya rumah tangga yang sakinah= tenang, mawadah = tercipta suasana saling sayang menyayangi , wa rohmah =dan mendapatkan kasih sayang dariNYa.
Sebagai insan saling menyadari bahwa manusia tiada yang sempurna. Jika suami suatu saat melihat dalam diri sang istri ada sesuatu yang tidak menyenangkan , maka lihatlah sisi kebaikan istri.
Demikian juga jika sang istri menemukan sesuatu hal yang tidak menyenangkan pada pribadi suami , maka lihatlah sisi kebaikannya.
Langkah berikutnya saling ta'afuun = saling memaafkan , saling asah= saling memberi masukan yang baik untuk meningkatkan kebaikan masing2. Kemudian saling asih = saling mengasihi, yang mana pasangan hidup kita sudah diqodarkan oleh Alloh SWT untuk menjadi pendamping hidup dalam segalan suka dan duka.
Saling asuh, istilah Jawanya saling ngemong atau momong, terminologi ini biasanya untuk istilah orang tua/dewasa yang momong /mengasuh anak kecil.
Namanya mengasuh tentunya memberikan toleransi , karena suatu kondisi dan situasi tertentu yang diasuh dalam keadaan yang terbatas. Pihak yang mengasuh tetap dengan sabar , juka tersakiti juga tidak membalas, bahkan tetap memberikan bimbingan karena sedang mengasuh dan tentu punya niyat yang luhur agar suatu saat nanti yang diasuh dapat memahami.
Seorang suami/istri sebagai makhluk yang punya perasaan, suatu saat ada kalanya sedang tidak enak hati, mudah tersinggung karena lelag/banyak pikiran, maka sudah selayaknya pasangan lawannya memaklumi, memaafkan sehingga suasan damai tetap tercipta.
Belajar dan terus belajar, tidak perlu merasa malu untuk mengakui kekurangan diri.
Demi indahnya kehidupan berumahtangga, amin.