Sebagaimana hari besar agama tertentu, pergantian tahun baru masehi selalu dirayakan dengan gegap gempita justru oleh manusia seluruh dunia.
Pergantian tahun dijadikan momentum untuk mengukur keberhasilan program bagi berbagai kalangan. Bidang pemerintahan dari tingkat pusat, daerah hingga tingkat desa laporan pelaksanaan pemerintahan juga dievaulasi akhir tahun.
Lalu bagaimana mengambil hikmah di balik tahun baru ?
Ada dua kali tahun baru yaitu kalender masehi yang menggunakan perhitungan matahari (syamsiyah) dan kalender hijriyah yang menggunakan perhitungan bulan (qomariyah).
Sebagian kalangan mengatakan dengan memasuki tahun baru, mengatakan bertambah umur, sementara lainnya bilang umurnya berkurang. Keduanya tidak salah karena beda dari mana memandangnya. Cara pandang yang kedua rasanya lebih mengena dipakai dasar tafakur (berfikir-merenung).
Usia Tinggal berapa.
Keberadaan manusia di atas bumi dibatasi usia. Ketika umur sudah habis sesuai quota yang diberikan Sang Pencipta berarti harus hengkang dari atas bumi untuk masuk ke dalam bumi karena dikebumikan.Secara fisik jasad dibungkus kain kafan ditanamkan pada ruang lk 2 mtr x 1 meter, selesai, sederhana.
Namun perpindahan dari alam dunia ke alam kubur berarti mulai menjalani proses menerima hasil amalan selama hidupnya di dunia. Tinggal menunggu hasil. Tidak dapat lagi dirubah.
Tinggal berapa jatah usia kita ? tentu Alloh Swt yang tahu.
Momentum tahun baru tepat jika dijadikan bahan merenung bahwa sampai angka tahun tertentu umur kita habis.