Klik immage di atas untuk memperjelas
Choirukum man anfa'uhum li naas
Sebaik2 kalian (adalah) orang (yg) bermanfaat bagi manusia
Matan atau konten haditsnya pendek, namun jika diuraikan bisa panjang lebar.
Umat manusia secara qodraty adalah makhluk sosial, hidupnya berkelompok yang tidak dapat hidup secara mandiri dalam arti yang sebenarnya. Kehadiran orang lain selalu dibutuhkan untuk saling melengkapi, saling tolong-menolong.
Dalam menjalani kehidupannya manusia yang diberikan anugerah Alloh SWT berupa akal dan pikiran yang normal dan sempurna tentulah menghendaki merasakan hidup yang kecukupan secara jasmani baik pangan, sandang dan papan, serta secara rohani memiliki jiwa yang tenteram, aman damai.
Untuk dapat mencapai tujuan tersebut manusia wajib <dalam terminologi hadits berarti suatu keharusan> untuk berusaha.
Dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup selain dari kemampuan sendiri yang hakikatnya pemberian Alloh SWT juga, terkadang pada bidang2 tertentu menerima pertolongan dari sesama. Tergantung sifat personal atau pribadi ketika seseorang sangat memerlukan pertolongan, terkadang orang enggan untuk menyampaikan kepada orang lain.
Orang yang memahami keadaan orang lain yang sebenarnya perlu bantuan kemudian dengan tulus ikhlas memberikan bantuan yang diperlukan maka dialah orang bermanfaat.
Sehubungan untuk manjadi manusia yang "sebenarnya" maka selain upaya pemenuhan kebutuhan fisik, juga upaya pemenuhan kebutuhan rohani.
Pemenuhan kebutuhan fisik atau jasmani seperti halnya pangan (makanan), kemudian papan (rumah, tempat tinggal) juga sandang (pakaian), semua itu didapatkan dari hasil kerja yang nyata. Hasil dari bekerja mendapatkan nilai uang atau barang yang kemudian dipakai untuk memenuhu kebutuhan hidup. Berapapun yang didapat jika disyukuri maka Alloh SWT akan menambah ni'matnya sebagaimana maktub dalam QS Ibrohim ayat 7 " lainsyakartum la azidannakum wa la in kafartum inna 'adzabii la syadiid" niscaya jika kalian bersyukur maka Aku (Alloh) sungguh tambah ni'mat dan niscaya jika kalian kufur/ingkar niscaya siksaKU sangat berat.
Untuk pemenuhan kebutuhan rohani, maka diperlukan "suplai" gizi atau nutrisi jiwa berupa ilmu pengetahuan agama, nasihat, kajian hikmah Quran dan Sunah (hadits).
Karena untuk belajar ilmu agama dengan memahami kandungan Quran dan Hadits tidak dapat dilakukan dengan sendiri atau istilahnya autodidaktik maka bantuan orang lain mutlak diperlukan.
Tidak ada istilah orang pandai di dalam agama, tetapi siapa yang menerima ilmu lebih dulu maka dia wajib menyampaikan.
Seorang mubaligh <istilah orang yang menyampaikan ajaran agama> mampu menyampaikan materi kajian beserta keterangannya karena sebelumnya juga menerima dari orang lain.
Gurunya yang mengajarinya juga menerima ilmu berupa arti dan keterangannya juda dari orang sebelumnya, demikianlah memang yang diajarkan oleh Rosulullohi SAW kepada para sohabat.
Jadi belajar agama memang disunahkan berguru. Urutan guru berguru itulah yang disebut isnad.
Jika seorang tergerak hatinya untuk mencari ilmu agama dengan berguru setelah paham kemudian menyampaikan kepada keluarga istri (jika dai seorang lelaki) atau kepada suami (jika dia seorang istri) meminjam istilah Sunda batur sakasur , setelah itu batur sadapur yaitu ahli family anak, org tua, mertua, tenaga yang bantu di rumah tangga, meluas lagi batur sasumur tetangga dekat yang mengambil air bersama2 (jaman dulu). Lebih luas lagi batur salembur orang2 satu kampung, begitu seterusnya.
Orang yang mau melakukan seperti itu menjadi penerang dalam kegelapan, penyejuk di tengah umat yang dahaga ilmu agama, maka dialah termasuk " anfa'uhum linnas"
Thursday, April 21, 2016
Monday, April 11, 2016
Pembahasan LPM Kajian no.22 : Devinisi Cerdas Menurut Rosulullahi SAW
Orang yang cerdas adalah orang yang mengoreksi dirinya dan mengamalkan untuk apa-apa sesudah kematian, dan orang yang lemah (bodoh) adalah orang mengikutkan dirinya kepada hawa nafsunya kemudian berharap kepada Alloh.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) cerdas ialah sempurna
perkembangan akal budinya (untuk berpikir, mengerti, dan sebagainya); tajam
pikirannya.
Menurut sebuah sumber di blog http://sayogand.blogspot.co.id bahwa cerdas dalam
arti pintar adalah sebutan untuk orang yang teratur dan disiplin sehingga ia
selalu mampu mengerjakan apa yang diperintahkan. Orang pintar selalu melakukan
segala sesuatunya dengan baik dan mampu mencerna apapun dengan sempurna. Pintar
itu bisa dicari. Misalkan sekarang Anda tidak pintar, tetapi jika Anda disiplin
mengejar cita – cita dan mau bekerja keras saya jamin Anda mampu menjadi orang
pintar.
Boleh jadi devinisi cerdas menurut sumber lain bervareasi, namun menurut Rosulullohi SAW, simple saja,
manakala seseorang itu dapat mengoreksi diri atau introspeksi termasuk mengendalikan diri dan beramal untuk persiapan sesudah kematian, itulah orang cerdas.
Cerdas di sini bukan bawaan lahir bukan qodrati yang sulit dirubah, tapi dapat dicapai oleh semua umat manusia yang mempunyai kesadaran. Sesuai dengan fitrah dinulloh (agama Alloh) bahwa agama itu mudah, "ad-dinu yusrun".
Cerdas, bukanlah orang yg berhasil studi dengan predikat cumlaude- disamping juga dulu jaman Rosul belum ada perguruan tinggi seperti sekarang-, bukanlah mahasiswa paling muda lulus tercepat karena nilai akademis, bukan pula orang yang punya IQ tinggi dengan segudang penghargaan karena prestasi berbagai penemuan, namun orang yang sadar dan yakin 100% dengan apa yang akan terjadi setelah kematiannya kemudian sedaya upaya berusaha " isti'dadzan" persiapan beramal dilandasi rasa takut ancaman Sang Pencipta, itulah orang yang cerdas dalam pandangan Rosulullohi SAW.
Orang dengan kecerdasan pikiran sang boleh jadi hanya standar minimal saja, dia akan mengoptimalkan peluang hidupnya untuk mendekat ke jalan Alloh SWT, memohon petunjuk dan bimbingan kepadaNYA diniati untuk mendapatkan ni'mat dan rohmat yang kelak akan dirasakan sendiri di kehidupan kelak yang abadi.
Sebaliknya dalam pandangan Rosulullohi SAW orang lemah -dalam hadits di atas- bukanlah orang yang tidak mampu fisiknya mengangkat benda berat, atau lemah dari sisi finansial hidupnya sangat pas-pasan, tetapi orang yang mengikuti hawa nafsunya, tidak mengindahkan lagi norma ilahiyah, mengikuti pikirannya sendiri termasuk di dalam hal peribadatan, namun orang itu berharap-harap mendapat ampunan, diberi rohmat , berharap dapat kenikmatan di akhirat masuk surganya Alloh SWT, itulah orang yang lemah.
Boleh jadi devinisi cerdas menurut sumber lain bervareasi, namun menurut Rosulullohi SAW, simple saja,
manakala seseorang itu dapat mengoreksi diri atau introspeksi termasuk mengendalikan diri dan beramal untuk persiapan sesudah kematian, itulah orang cerdas.
Cerdas di sini bukan bawaan lahir bukan qodrati yang sulit dirubah, tapi dapat dicapai oleh semua umat manusia yang mempunyai kesadaran. Sesuai dengan fitrah dinulloh (agama Alloh) bahwa agama itu mudah, "ad-dinu yusrun".
Cerdas, bukanlah orang yg berhasil studi dengan predikat cumlaude- disamping juga dulu jaman Rosul belum ada perguruan tinggi seperti sekarang-, bukanlah mahasiswa paling muda lulus tercepat karena nilai akademis, bukan pula orang yang punya IQ tinggi dengan segudang penghargaan karena prestasi berbagai penemuan, namun orang yang sadar dan yakin 100% dengan apa yang akan terjadi setelah kematiannya kemudian sedaya upaya berusaha " isti'dadzan" persiapan beramal dilandasi rasa takut ancaman Sang Pencipta, itulah orang yang cerdas dalam pandangan Rosulullohi SAW.
Orang dengan kecerdasan pikiran sang boleh jadi hanya standar minimal saja, dia akan mengoptimalkan peluang hidupnya untuk mendekat ke jalan Alloh SWT, memohon petunjuk dan bimbingan kepadaNYA diniati untuk mendapatkan ni'mat dan rohmat yang kelak akan dirasakan sendiri di kehidupan kelak yang abadi.
Sebaliknya dalam pandangan Rosulullohi SAW orang lemah -dalam hadits di atas- bukanlah orang yang tidak mampu fisiknya mengangkat benda berat, atau lemah dari sisi finansial hidupnya sangat pas-pasan, tetapi orang yang mengikuti hawa nafsunya, tidak mengindahkan lagi norma ilahiyah, mengikuti pikirannya sendiri termasuk di dalam hal peribadatan, namun orang itu berharap-harap mendapat ampunan, diberi rohmat , berharap dapat kenikmatan di akhirat masuk surganya Alloh SWT, itulah orang yang lemah.
Friday, April 1, 2016
Pembahasan LPM Kajian no.21 : Menerima Anugerah dari Alloh SWT
Klik immage di atas untuk memperjelas
Yu'til hikmata man yasya' wa man yu'tal hikmata fa qod utia khoiron katsiiro wa ma yadzakaru illa ulul albab.
Memberi (Alloh) hikmah kepada orang yang (Alloh) menghendaki, dan barangsiapa yang diberi hikmah maka sungguh diberi kebaikan yang banyak, dan tidak ingat kecuali orang yang punya akal.
Ketika mengalami musibah dalam hidupnya terkadang seorang kemudian melontarkan kalimat "ya ambil hikmahnya saja".
Pada beberapa tempat dari Quran maupun Hadits istilah " hikmah " dimaksudkan pengertian yang terkandung atau intisarinya.
Dapat dilihat atsar riwayat Abu Huroiroh yang termaktub dalam hadits Sunan Ibn Majah bagian Kitab Zuhud juz 2 no hadits 1395 berbunyi " alkalimatul hikmah dholatul mu'min khaitsuma wajadaha fa huwa ahaqqu biha" > kalimat hikmah adalah barang hilangnya org iman, dimanapun ia menjumpai maka dia lebih berhak untuk mengambilnya.
Kandungan ilmu atau pengertian yang masuk dalam keyakinan seseorang setelah mengalami suatu proses itulah "hikmah" kurang lebihnya, apakah proses itu tidak disengaja, tidak dikehendaki ataupun memang disengaja, direncanakan.
Proses yang tidak dikehendaki misalnya seseorang mengalami berbagai permasalahan atau musibah, akhirnya dia dapat menyimpulkan intisarinya, sedangkan proses yang disengaja contohnya seseorang yang mendalami kandungan Quran dan atau Hadits, maka mereka juga mendapat pengertian intisarinya.
Sama-sama mendapatkan hikmah tentunya lebih enak jika kita menerima pelajaran itu tidak Alloh SWT lewatkan di alam bebas melalui berbagai problema atau musibah yang tidak dikehendaki. Musibah adalah kehendak dan qodrat/kekuasaan Alloh SWT yang mana kita hamba sekedar menjalani.
Lebih mudah dan menyenangkan jika sengaja mencari hikmah pengertian melalui usaha yang kita rencanakan, kita siapkan hati untuk menampung ilmu yang terbentang luas dan begitu dalam melalui kajian Quran dan Hadits.
Mengapa mencari hikmah yang bersumber dari Quran dan Hadits harus direncanakan, dipersungguh ?
Baik, mari kita lihat intisari Quran Surah al-Mujadalah (58);11 " Alloh mengangkat derajatnya orang-orang iman dan orang yang diberi ilmu dari kalian, dan Alloh maha waspada "
Pada ayat tersebut ada kalimat " dan orang yang diberi ilmu".....ilustrasinya mirip dengan istilah " diberi rejeki".
Dalam realitanya adakah orang " diberi rejeki".....atau "dijadikan orang kaya", orang tersebut tidak menjalani proses? tentu saja tidak. Kalau urusan rejeki atau harta boleh jadi iya, misal seorang petani mencangkul tidak menyangka sebelumnya ternyata cangkulnya mengenai segenggaman emas harta karun, bahkan intan berlian yang harganya milyaran, mungkin ya. Tapi untuk urusan ilmu atau hikmah tidak dapat seperti itu.
Untuk memperoleh ilmu harus dengan belajar, " al-'ilmu bi ta'allumi" ilmu itu dengan belajar.
Dengan kita selalu memohon petunjuk disertai dengan mengikuti kajian Quran Hadits insyaAlloh akan diberi anugerah yang besar sekali manfaatnya. Hidayah yang dibungkus hikmah tidak saja dapat dinikmati di dunia tatapi juga dinikmati hingga hari akhirat kelak.
Monday, March 21, 2016
Pembahasan LPM Kajian no.20 : Menjadi Golongan Umat Terbaik
Klik immage di atas untuk memperjelas
Khoirukum man ta'allamal-Quran wa 'allamahu
Sebaik-baik kalian (adalah) org yang belajar al-quran dan mengajarkannya.
Setiap orang yang ingin selalu meningkat maka dia akan senantiasa berusaha, diantaranya dengan mempelajari bidang yang digelutinya.
Saudara masih ingat bukan, pada postingan yang lalu bahwa untuk mencapai kesuksesan urusan dunia dan akhirat ada disiplin ilmunya masing masing-masing.
Orang yang belajar Quran diantaranya bagaimana cara membaca, bagaimana mengetahui arti yang terkandung di dalamnya, serta bagaimana cara mewujudkan dalam amalan nyata, maka dialah orang yang terbaik.
Friday, March 11, 2016
Pembahasan LPM Kajian no.19 : Ingin Melihat Neraka Jahiim, Ini Alatnya !!
klik immage di atas untuk memperjelas
Kalla law ta'lamuna 'ilma alyaqiin latarowunna al-jahiim tsumma latarowunnaha 'ainal yaqiin
Ingatlah, andai tahu kalian (dengan) ilmu yakin niscaya kalian lihat sungguh neraka jahiim kemudian niscaya kau lihat sungguh neraka jahim itu (dengan) mata yakin.
Sebagaimana judul posting kita kali ini, ingin melihat neraka jahiim ? alat apa yang dipakai ?
Relevan dengan posting dalil yang lalu , bahwa ilmu Quran dan Hadits merupakan alat teropong canggih buatan Alloh SWT.
Dengan keterbatasan manusia atas ilmu yang dimilikinya, tiada pengetahuan yang didapat selain juga dari pemberian Yang Kuasa.
Maka jika manusia ingin mengetahui ilmu banyak tiada jalan lain selain dengan cara " ta'allam" belajar.
Mengetahui kandungan arti dari al-Quran dan Hadits, niscaya akan memahami sesuatu yang boleh jadi diluar akal pikirannya.
Ketika manusia berkenan membuka mata, membuka hati dan meyakini kebenaran isi kitabillah, maka itulah anugerah yang tiada terkira.
Melalui kajian ayat Quran dan Hadits kemudian benar2 diyakini maka hakikatnya sama saja dengan melihat apa yang akan Alloh SWT peragakan di pertunjukan akhirat kelak.
Kita masih di dunia, masih hidup namun dengan ilmu keyakinan dapat melihat neraka jahiim, subhanalloh.
Jika tidak demikian, jika manusia meremehkan peringatanNYA, maka kelak benar2 akan melihat neraka jahim dengan mata kepala sendiri.
Tentu saja kita berharap cukup dengan Kitabillah kita percaya, kita tidak perlu melihat neraka dengan mata kepala sendiri, karena dengan begitu berarti kita telah benar2 masuk neraka...na'udzubillah.
Ya Alloh, qod' ...qod' cukup ayatmu sebagai peringatan bagi hambamu ini.
InsyaAlloh hambamu ini akan terus...dan terus ....mendekatimu...terus mencari ilmu....agar menjadi org khusu'.....Allohumma aamin.
Tuesday, March 1, 2016
Pembahasan LPM Kajian No.18 : Penenang dan Penyejuk Hati
Klik gambar di atas untuk memperjelas
Ya ibna Adam taf-farogh li 'ibadaty amla' sod-roka ghinan wa asyud-da faq-roka wa in lam taf'al mala'tu sod-roka sughlan wa lam asyud-da faq-roka.
Hai anak Adam (manusia) sempatkanlah ibadah kepadaKu (maka) Aku penuhi dadamu (hatimu) dengan kaya dan Aku tutup rasa faqirmu dan jika tidak kau kerjakan (maka) Aku penuhi dadamu dengan sempit dan tidak Aku tutup kefakiranmu. Riwayat hadits Ibnu Majah juz 2 Kitabu Zuhdy no.hadits 1376
Saudara, hadits di atas dilihat dari matan/isinya termasuk hadits "qudsi" artinya suci, yaitu firman Alloh SWT yang tidak terhimpun dalam kitab Quran tetapi melalui lisan Rosulullohi SAW.
Alloh berfirman menyerukan kepada manusia agar menyempatkan ibadah kepadaNYA. Manusia yang diberikan akal dan pikiran secara normalnya mempunyai rasa dan kehendak. Di dalam hidupnya manusia mempunyai keinginan untuk diwujudkan. Jika tidak mendapatkan masukan informasi yang berupa peringatan bahwa sebagai insan kelak akan meninggal dunia kemudian diminta pertanggungjawaban, maka manusia boleh jadi hidupnya sebatas mencari pemenuhan kebutuhan biologis seperti kebutuhan makan, pakaian , dan tempat tinggal.
Jika manusia mau menyempatkan, berusaha secara sungguh-sungguh menomorsatukan urusan ibadah kepada Alloh dengan menyisihkan waktu, pikiran, konsentrasi mengalahkan urusan lainnya maka Alloh SWT akan membuat hati orang itu merasa kaya dan rasa fakir-selalu merasa kurang, akan tertutup.
Belum tentu orang yang memiliki materi yang berlimpah, kata orang Jawa " emas picis rojobrono" simpanan emas yang banyak segala keinginan terpenuhi kemudia meraka merasa tenteram, hatinya tenang, damai. Juga belum tentu orang yang kelihatannya menderita, dari apa yang dimakan tiap hari, pakaian yang dikenakan dan tempat tinggalnya terlihat berada pada garis kemiskinan kemudian dia merasa sedih, tertekan hidupnya.
Dari hadits di atas bahwa perasaan kaya atau miskin ternyata ada di dalam dada/hati.
Tiada manusia yang ingin merasakan pendertitaan, sehingga segala daya upaya dikerahkan agar mendapatkan rasa nyaman, rasa tentram damai.
Apa yang didapatkan manusia di dalam hatinya setelah mereka usaha meraihnya bukan serta-merta hasil manusia itu sendiri, rupanya Sang Pencipta sangat besar pengaruhnya.
Rasa tenang, tenteram , damai dan yang berupakan bagian kebahagiaan seseorang bukan terletak pada banyaknya jumlah materi duniawi yang dimiliki namun Alloh SWT juga yang mengendalikan.
Jika manusia makin mendekatkan diri kepadanya dengan mengutamakan urusan ibadah maka meskipun kepemilikan harta benda sangat minim bahkan tergolong org miskin, namun Alloh juga yang membuat hatinya tenang, damai, rasa syukur dll.
Namun jika hal ini tidak diindahkan, sekalipun sudah memiliki kekayaan yang berlimpah Alloh akan makin memberikan hatinya sempit, problema kehidupan datang silih berganti dan perasaan kekurangan/kefakiran semakin menjadi.
Rupanya ini rahasia ini telah dijabarkan dalam hadits di atas, alhamdulillah.
Dengan kajian meski melalui internet yang diakui keterbatasannya, namun upaya ini harapannya tergolongkan di jalan Alloh- fii sabilillah.
Aamin.
Hadits di atas semoga sedikit memberikan refernsi.
Sunday, February 21, 2016
Pembahasan LPM Kajian No.17 : Memiliki Alat Peneropong Canggih Dari Alloh SWT
Klik immage di atas untuk memperjelas
Qod ja-akum bashoiru min robbikum fa man abshoro fa li nafsihi wa man 'amiya fa 'alaiha wa ma ana 'alaikum bi hafiidzin
Sungguh (telah) datang kepada kamu sekalian alat melihat dari tuhan kamu sekalian maka barang siapa yang melihat maka manfaat bagi dirinya dan barang siapa yang buta maka berat atasnya dan tidaklah saya (nabi) atas kamu sekalian dengan menjaga.
Saudara, bashoiru = alat teropong untung melihat maksudnya tidak lain adalah ayat-ayat Qur an sendiri.
Dengan mencintai - mempelajari - hingga paham arti kandungannya maka berarti menggunakan ayat sebagai teropong untuk melihat-mengetahui hukum2 yang ada sebagaimana yang sudah Alloh SWT tentukan.
Kecanggihan teropong / ayat2 ciptaan Alloh SWT ini dapat melihat segala macam yang di luar kita seperti mencermati kisah yang terjadi di masa lalu, apa yang sedang berlangsung sekarang bahkan cerita yang akan Alloh peragaan kelak di hari akhir. Ayat2 Qu'ran yang didukung penjabarannya oleh sabda nabi dalam hadits bahkan dapat sekaligus untuk bercermin terhadap manusia penggunanya. Instropeksi diri apakah pengertian, keyakinan hingga amalannya sudah sesuai dengan ketentuan sebagaimana yg dikehenaki Alloh dan Rosulullohi SAW.......Allohu akbar.
Barang siapa yang mau menggunakan teropong di atas maka manfaatnya akan dirasakan sendiri, sedangkan bagi yang "buta" maksudnya membutakan diri terhadap ayat2 Alloh, menghabiskan umur yang diberikan tetapi hidupnya menutup mata dari peringatan Alloh, maka makhluk yang model begini diancam dengan siksaan sebagaimana tertuang dalam surah al-A'rof (7);179 " Dan niscaya sungguh Kami jadikan /menyediakan untuk jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, bage mereka hati (tapi) tidak memahami terhadapa quran, dan bagi mereka mata tetapi tidak -yubshiruu-melihat kepada ayat, dan bagi mereka telinga tetapi tidak mendengarkan kepada ayat, mereka itulah sebagaimana binatang bahkan lebih sesat/hina "
Hidup di dunia dengan tidak mengindahkan peringatan sang pencipta merupakan perilaku kebodohan, tentunya kita hamba yang dianugerahi akal pikiran yang normal tidak akan membiarkan diri dalam kebodohan yang akan merugikan diri sendiri. Ini perlu penyadaran yang mendasar, lihat postingan relevan yang lalu di sini
salah satu usaha menghilangkan kebodohan adalah dengan belajar... (maaf bahasanya terkadang dianggap merendahkan...kalaw bhs halusnya "ketidaktahuan ' ).
Lebih detail lagi bahwa Quran sebagai alat meneropong, kiyas/analoginya seseorang yang mengikuti lomba mencari jejak. Dia berada di tempat yang tinggi, kemudian ia diminta untuk mencari rumah kecil yang sudah digambar dalam peta. Hal yang harus dia ingat agar memenangkan lomba adalah, menentukan sasaran yang tepat sebelum melangkahkan kaki, karena batasan waktu juga diberlakukan. Maka jika dia ingin berhasil harus lebih dulu menentukan sasaran dengan melalui route yang juga jelas. Teropong menjadi vital penggunaannya. Dalam batasan waktu yang ditentukan belum menemenukan rumah sebagai sasaran maka dinilai gagal, kalah dalam lomba.
Saudara, aplikasi/penerapan kias di atas bahwa manusia hidup di dunia sebenarnya dibatasi umur untuk menentukan dan menapaki route demi meraih sasaran "jalan kembali" di kehidupan nikmat di akhirat. Kitabillah al-Quran adalah jawabannya.
Jika sampai habis umur masih belum menemukan jalan kembali maka tentu saja akan tersesat..na'udzubillah.
Kemudian pada bagian akhir ayat disebutkan "dan tidaklah aku (nabi) sebagai org yang menjaga atas kalian".
Dari hasil leterangan yg didapat pengertian ayat tersebut " mansukhun" pengertiannya. Kalau aslinya pengertian bahwa rosul sebagai pembawa risalah menjaga keselamatan hambanya karena sudah dijaga.
Adapun pengertian yang berlaku bahwa keselamatan hamba adalah tergantung bagaimana upaya hamba hamba itu sendiri untuk dapat masuk surga selamat dari neraka.
Rosululloh memberikan pertolongan /syafa'at kepada hamba yang sudah benar2 mengikuti syariatnya.
semoga kita diberikan kekuatan kesobaran dalam menapaki route kehidupan untuk mencapai ni'mat di kehidupan akhirat. aamin
Subscribe to:
Posts (Atom)
BDIG (Belajar Islam Dengan Gambaran) : Pensiun Dunia Untuk Bekal Pensiun Akirat
وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ [إبراهيم: 25 - Dan Alloh menjadikan gambaran bagi manusi...
-
Klik immage di atas untuk memperjelas qola sholallohu 'alaihi wa salam asyaddunasi khasrotan yaumal qiyamah rojulun amkanahu tolabu...
-
Klik gambar di atas untuk memperjelas "yarfa'illahu ladziina amanu walladziina utul 'ilma darojaatin wallohu bima ta...
-
Klik image di atas untuk memperjelas 'An Abdillaih bin Mas'ud qola, qola Rosulullohi SAW innalloha qosama bainaku...