Mhn maaf pak ustd mengganggu mau tanya, sy sdh biasa ikut yasinan tahlillan tp ini sy lakukan yg sama
sekali blm tau ilmunya. Stlh sy msk group tsb baru tau acara yasinan sprti itu
dan tahlillan sprt itu apakah ini termasuk perbuatan yg sia2 dan menambah dosa
Bismillah
Kalau slh 1 klarga ada yg meninggal trs kita mengundang kerabat utk
membantu mendoakan dan membacakan yasin dan tahlil sy minta dasar quran dan
hadisnya pak ustd,
Trs yg ga memakai ritual tersebut dsr quran hadist nya bagaimana
Mendapat pertanyaan lewat japri dari peserta group. Dua pertanyaan masih
seputar tema yang sama.
Saudara2ku,
Dua pertanyaan yang diajukan tersebut rupanya menyoal kebiasaan yang sudah
diikuti sebelumnya. Seiring bertambahnya informasi dan pengetahuan yang
didapatkan dari mengikuti sebuah kajian, akhirnya merasakan adanya perbedaan
antara informasi yang didapat dengan kebiasaan amalan sebelumnya dihadapi.
Jika ada pertanyaan atau perselisihan soal agama maka petunjuk dari Alloh Swt dalam alQur'an agar mengembalikan kepada Alloh Swt (membuka Alqurannya) dan mengembalikan Rosulullohi Saw (buka haditsnya).
Kegiatan "Yasinan" sudah diamalkan masyarakat terkait malam tertentu, atau ditujukan untuk keperluan tertentu seperti mengirim pahalanya untuk leluhur yang sudah meninggal dunia. Di kampung seputar saya juga sudah menjadi kebiasaan/tradisi. Ada juga yang membaca surah Yasin dengan hitungan tertentu.
Sedangkan "Tahlilan" biasanya adalah kegiatan secara berjamaah dipimpin Pak Kaum (istilah di kampung saya) membaca urutan dari alfatikhah dan seterusnya. Juga dilaksanakan mulai hari pertama hingga ke tujuh harinya. Setelah itu pada hari ke 40, 100, setahun, dua tahun dan "ngentek".
Apakah amalan tersebut ada perintah dan tuntunan atao contoh dari Rosulullohi Saw ?
Secara garis besar mengamati dua pertanyaan di atas, ada beberapa point sebagai berikut :
Kegiatan "Yasinan" sudah diamalkan masyarakat terkait malam tertentu, atau ditujukan untuk keperluan tertentu seperti mengirim pahalanya untuk leluhur yang sudah meninggal dunia. Di kampung seputar saya juga sudah menjadi kebiasaan/tradisi. Ada juga yang membaca surah Yasin dengan hitungan tertentu.
Sedangkan "Tahlilan" biasanya adalah kegiatan secara berjamaah dipimpin Pak Kaum (istilah di kampung saya) membaca urutan dari alfatikhah dan seterusnya. Juga dilaksanakan mulai hari pertama hingga ke tujuh harinya. Setelah itu pada hari ke 40, 100, setahun, dua tahun dan "ngentek".
Apakah amalan tersebut ada perintah dan tuntunan atao contoh dari Rosulullohi Saw ?
Secara garis besar mengamati dua pertanyaan di atas, ada beberapa point sebagai berikut :
- Pedoman sebagai dasar bagi seorang muslim dalam berilmu, berucap , bersikap berkeyakinan hingga diamalkan yaitu dua pusaka peninggalan Rosulullohi Saw. Dengan sabdanya yang diriwayatkan oleh Imam malik “ Telah aku tinggalkan di kalangan kalian dua perkara, kalian tidak akan tersesat selama berpegang teguh dengan keduanya yaitu Kitabillah (Al-qur’an ) dan Sunah (tuntunan nabi dlm hadits) ”.
- Kitab Qur’an dan Kitab Hadits sebagai dasar pedoman berkeyakinan dan beramal, umat Islam perlu benar2 Memiliki dan memahaminya dan dikaji secara seksama.
- Selama mengikuti kajian agar senantiasa berhati2, tidak gegabah memberikan penilaian terhadap suatu amalan yang sudah biasa diamalkan oleh sesama muslim yang mempunyai perbedaan keyakinan.
- Seorang muslim diingatkan oleh Alloh Swt dalam Qur’an Surah Al-Isro’ (36) :17 “ Dan janganlah kalian ikuti apa2 yang kalian tiada ilmu tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati , semua akan ditanya (pertanggungjawaban di akhirat)”. Dengan ayat itu kita tidak disuruh mengikuti dan mengamalkan jika belum benar2 tahu , jelas sumber dalilnya di dalam Qur’an atau Hadits.
- Dalam menerima ilmu agama ada ketentuannya sendiri. Ada tiga hal yang membuat Alloh Swt benci, di antaranya adalah menerima ilmu dengan “qila wa qola” yaitu “dikatakan dan katanya”. Menerima informasi hanya berdasarkan katanya si fulan, tidak jelas sumber dasarnya dari Qur’an atau Hadits.
· Untuk pertanyaan di atas soal Yasinan , Tahlilan yang selama ini diamalkan oleh sebagian masyarakat muslim, barangkali mereka sudah mengkaji menemukan dasar sumbernya di Qur'an atau di Hadits. Hal itu menjadi tanggungjawaban mereka di hadapan Alloh Swt. Kalau kita belum tahu melihat sendiri dalilnya tidak perlu ikut mengamalkan, namun tetap menghargai dan menghormati saudara-2 kita yang meyakini dan mengamalkan.
a Disini pentingnya terus mengkaji ilmu agama dengan
memiliki pegangan Kitab Quran dan Hadits. Terus menjaga kerukunan dan
meningkatkan toleransi saling
menghormati kepada sesama muslim yang berbeda pendapat dan keyakinannya.
Baca juga :